KECERDASAN GANDA DAN GAYA BELAJAR

17 06 2008

Kecerdasan merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan

kepada setiap insan. Anugrah ini mampu menggerakkan seluruh

sendi kehidupan di dunia dan keberhasilan yang dirasakan

selama ini. Istilah kecerdasan sering dikaitkan dengan

kemampuan seseorang untuk bertindak, bekerja, menghitung matematis,

mengukur, membaca cepat, berbahasa asing dengan lancar, memecahkan

masalah, bekerjasama, sabar, pintar, IQ di atas rata-rata, pengambilan

keputusan dan mengerjakan banyak hal sekaligus. Dari semua pengertian yang

ada, para ahli sepakat bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan paling tidak

mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan

beradaptasi terhadap lingkungan. Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki

seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan

keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang.

Beberapa Teori Kecerdasan

Berikut ini berbagai teori membahas tentang kecerdasan; Teori kecerdasan

umum (general intellegence) yang memandang bahwa manusia memiliki

kemampuan mental umum yang mendasari semua kemampuannya untuk

memecahkan permasalahan kognitif. Kecerdasan cair (fluid intellegence) dari

Raymond Cattell dan John Horn. Teori ini merupakan pengembangan dari

general intellegence yang mendefinisikan kecerdasan cair sebagai kemampuan

seseorang yang didasarkan sifat biologis. Kecerdasan ini meningkat seiring

dengan pertambahan usia dan pertumbuhan biologis tubuh. Teori Modifiable

Intellegence (kecerdasan yang dapat dimodifikasi) dikembangkan oleh Reuveb

Feurstein berdasarkan penelitian perkembangan kemampuan berfikir dan

merancang suatu metode mengajar anak cacat mental. Teori Proximal

Intellegence dari Leo Vygotsky yaitu teknik pengujian perkembangan kognitif

anak yang dilakukan dengan membandingkan kemampuan anak

menyelesaikan suatu masalah sendiri dan melalui bantuan guru. Perbedaan

dari dua hasil pengukuran ini merupakan ukuran terhadap potensi seseorang.

Learnable Intellegence yang dicetuskan David Parkins bahwa kecerdasan

dipengaruhi beberapa faktor dalam kehidupan manusia seperti otak,

pengalaman dan pengaturan diri. Triatichic Intellegence dikemukakan oleh

Robert J. Stenberg yang mengembangkan kecerdasan sebagai keseimbangan

antara kemampuan kreatif, analisis dan praktis. Kecerdasan kreatif mencakup

kemampuan merumuskan ide dan pemecahan masalah dalam berbagai didang

kehidupan.

Kecerdasan analisis digunakan secara sadar untuk mengenali dan

memecahkan masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan

informasi dengan akurat, dan mengalokasikan sumber daya. Sedangkan

kecerdasan praktis mencakup keberhasilan mengatasi perubahan dengan

menghimpun pengalaman dalam memecahkan masalah. Behaviour Intellegence

dikembangkan Athur Costa yang memandang bahwa kecerdasan sebagai suatu

kumpulan atau kecenderungan perilaku yang meliputi; pengaturan perilaku,

keuletan, impulsif, empati, fleksibilitas, metakognisi, akurasi dan ketepatan,

kemampuan bertanya dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Moral Intellegence dicetuskan oleh Robert Coles yang mendasari kecerdasan

dari bawaan lahir dan terbentuknya nilai hidup dalam diri seseorang seperti

rasa hormat, empati, kerjasama dan tanggung jawab. Emotional Intellegence

yang dikemukakan Daniel Colleman, terdapat lima komponen penting dan

kombinasi dari masing-masing komponen itu memiliki nilai yang lebih tinggi

dari IQ. Elemen itu yaitu, kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati,

dan hubungan atau relasi.

Teori lain yang lebih luas dikemukakan Howard Gradner seorang psikolog

dan guru besar Universitas Harvard yang menafsirkan kecerdasan dasar

manusia dalam 8 dimensi (terakhir dikemukakan kecerdasan yang ke-9) yang

dikenal dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegences). Garder berusaha

memperluas cakupan potensi manusia melampaui batas nilai IQ dengan

mengkritik beberapa tes kecerdasan yang dilakukan di lingkungan ilmiah dan

pembelajaran. Menurutnya, kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas

memecahkan masalah dan menciptakan produk lingkungan yang kondusif dan

alamiah (Amstrong, 2000).

Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan

Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang bersifat dinamis,

tumbuh dan berkembang. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan kecerdasan;

Pengalaman

Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong pertumbuhan

potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan

berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir

hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang baik dari

ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang kurang

mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi.

Bila hal ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi

kecerdasan yang dimilikinya.

Lingkungan

Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian termasuk

potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan

tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan akan memperkuat otot

mental dan kecerdasan. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa lingkungan

yang kaya akan stimulus mendorong pertumbuhan koneksi sel otak. Hal ini

terjadi pula pada proses perkembangan otak manusia.

Kemauan dan Keputusan

Kemauan yang kuat dalam diri seseorang membantu meningkatkan daya nalar

dan kemampuan memecahkan masalah. Kemauan dan keputusan sering

dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif akan timbul dalam diri

seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya jika

lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran untuk

berkreasi. Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan

potensi intelektualnya.

Bawaan

Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang besaran pengaruh genetika

atau faktor keturunan dalam perkembangan kecerdasan seseorang, tetapi

semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak berpengaruh. Hasil riset

dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika

berpengaruh terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan,

memori, dan sensori. Artinya seseorang akan berpikir dan

bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu secara

simultan.

GayaHidup

Gaya hidup erat kaitannya dengan respon seseorang terhadap budaya dan

lingkungan. Pilihan gaya hidup berpengaruh besar terhadap tingkat

perkembangan kognitif, seperti pola makan, jam tidur, olah raga, obat-obatan,

minuman, dan musik. Suatu riset yang dilakukan oleh University of California

membuktikan bahwa IQ dapat ditingkatkan 8-9 poin dengan mendengarkan

musik Mozart.

Aktivitas Belajar dan Kegiatan Harian

Aktivitas dan kebiasaan manusia merupakan pengalaman yang sangat

berharga dan bermakna bagi kesuksesan seseorang. Menggali kebiasaan hidup

sehari-hari sangat membantu dalam memetakan pengalaman belajar yang

dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam

masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu melalui aktivitas dan

pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental dalam

praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat padagogis dengan rangkaian

pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaaan dan pengalaman

yang berlangsung sepanjang hayat.

Dalam konteks pembelajaran di rumah, aktivitas merupakan

pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-nilai, kebiasaan,

tindakan, kerjasama dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola hubungan

positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Pelatihan bukan upaya

menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok

masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi dan

merencanakan perubahan kedepan. Pembelajaran dirancang agar orang tua

sebagai fasilitator mampu menentukan gaya belajar dan mengaktualisasikan

potensi anak secara bersamaan serta memberikan dampak kepada

pembentukan kemampuan yang lebih luas.

Kecerdasan Ganda

Gardner (1983) dalam bukunya Frames of Mind, mengembangkan model

kecerdasan selama lebih dari dua puluh tahun dengan menjelajahi berbagai

disiplin ilmu, seperti neoubiologi, antropologi, psikologi, filsafat dan sejarah.

Tipe kecerdasan ganda dikembangkan berdasarkan hasil penelitian para pakar,

salah satunya Jean Piaget. Gardner akhirnya sampai pada suatu kesimpulan

bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, dan bukanlah unit

kemepilikan tunggal. Kecerdasan merupakan serangkaian kemampuan dan

keterampilan yang dapat dikembangkan. Kecerdasan ada pada setiap manusia

tetapi dengan tingkat yang berbeda-beda.

Berdasarlan kerangka yang dikemukakan Gardner, penulis mencoba

memetakan kemampuan manusia dalam sembilan kecerdasan dasar yang

komprehensif, masing-masing kecerdasan memiliki bentuk kemampuan dan

pola belajar tersindiri. Gardner terakhir memperkenalkan 8 kecerdasan dan

sebagai tambahan penulis melengkapi dengan 1 kemampuan dasar lain yang

sangat pokok yaitu kecerdasan spiritual (SQ) sebagaimana diuraikan sebagai berikut;

Sembilan Kecerdaan Dasar

Linguistik

Kemampuan berkaitan dengan bahasa dengan menggunakan kata secara

efektif, baik lisan (bercerita, berpidato, orator atau politisi) dan tertulis

(serperti, wartawan, sastrawan, editor dan penulis). Kecerdasan ini meliputi

kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur, fonologi, semantik dan

pragmatik. Penggunaan bahasa ini mencakup retorika, mnemonik atau hafalan,

eksplanasi, dan metabahasa.

Matematis Logis

Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya ahli matematika,

fisikawan, akuntan pajak, dan ahli statistik). Melakukan penalaran (misalnya,

programmer, ilmuwan dan ahli logika). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada

pola hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstraksi lain.

Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis yaitu: katagorisasi,

pengambilan keputusan, generalisasi, perhitungan dan pengujian hipotesis

Spasial

Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat. Misalnya

pemandu, pramuka, pemburu. Mentransformasikan persepsi dunia spasial-

visual dalam bentuk tertentu. Misalnya dekorator interior, arsitek, seniman dan

penemu. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bentuk,

ruang dan hubungan antarunsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan

membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan

mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.

Kinestetis-Jasmani

Kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan

perasaan. Misalnya sebagai aktor, pemain pantomim, atlit atau penari.

Keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah

sesuatu. Misalnya pengrajin, pematung, tukang batu, ahli mekanik, dokter

bedah. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik spesifik seperti koordinasi,

keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan atau

kemampuan menerima rangsangan (proprioceptive) dan hal yang berkaitan

dengan sentuhan (tactile dan Haptic)

Musikal

Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsikan,

membedakan, mengubah dan mengekspresikan. Misalnya penikmat musik,

kritikus musik, komposer, penyanyi. Kecerdasan ini meliputi kepekaan

terhadap irama, pola nada, melodi, warna nada atau suara suatu lagu.

Seseorang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “atas-bawah” (global,

intuitif), pemahaman formal atau “bawah-atas” (analisis, teknis dan keduanya.

Interpersonal

Kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud,

motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan

terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat. Kemampuan membedakan

berbagai macam tanda interpersonal dan kemampuan menanggapi secara

efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu. Misalnya

mempengaruhi kelompok untuk melakukan tindakan tertentu.

Intrapersonal

Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman

tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri secara akurat

mencakup kekuatan dan keterbatasan. Kesadaran akan suasana hati, maksud,

motivasi, temperamen, keinginan, disiplin diri, memahami dan menghargai diri.

Naturalis

Keahlian mengenali dan mengkatagorikan spesies, flora dan fauna di

lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam.

Misalnya formasi awan dan gunung. Bagi mereka yang tinggal di daerah

perkotaan, kemampuan membedakan benda mati seperti mobil, rumah, dan

sampul kaset (CD).

Spiritual

Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesatu yang bersifat transenden atau

penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran Allah

SWT. Kecerdasan ini meliputi Kesadaran suara hati, internalisasi nilai,

visioning, aktualisasi, keikhlasan, ihsan. Misalnya menghayati batal dan haram

dalam agama, toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan

buruk. Mengaktualisasikan hubungan dengan Al Khaliq berdasarkan

keyakinannya.

Prinsip-prinsip Kecerdasan Ganda

Disamping kedelapan jenis Kecerdasan Dasar yang telah dikembangkan dan

penjelasan teoritisnya, beberapa prinsip yang perlu dipahami tentang aplikasi dari

model ini, diantaranya;

Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan. Teori kecerdasan majemuk bukan

alat untuk menetapkan satu kecerdasan yang sesuai dengan potensi seseorang.

Teori ini lebih menjelaskan fungsi kognitif yang menyatakan bahwa seseorang

memilih kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut dan berjalan secara

bersamaan dengan cara yang berbeda pada setiap orang.

Orang pada umumnya mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat

penguasaan tertentu. Setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan

mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi

secara memadai jika mendapat dukungan, pengayaan dan pengajaran-

pelatihan.

Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Gardner

menunjukkan bahwa setiap kecerdasan yang telah dibahas di muka sebenarnya

hanyalah rekaan, tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan

sehari-hari. Kedelapan kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.

Ada banyak cara untuk meningkatkan kecerdasan dalam setiap katagori. Tidak

ada atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas

dalam katagori tertentu. Mungkin saja seseorang tidak mampu membaca tetapi

pada sisi lain mampu menyampaikan cerita yang menarik dengan kosa kata

yang sangat kaya. Kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara

orang menunjukkan bakat baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun

antarkecerdasan.

Kecerdasan Ganda dan Pembelajaran

Sekolah-di-rumah memungkinkan orang tua untuk merancang kegiatan harian

anak-anak mereka dengan menerapkan seluruh potensi anak. Mulailah dengan

mengidentifikasi dan mengenal bakat, minta dan kecenderungan anak dalam belajar

(gaya belajar) dan menetapkan cara untuk mengembangkannnya. Setiap individu

memiliki karakter yang berbeda-beda, pembelajar hendaknya dipandang sebagai

makhluk yang “unik” dan membutuhkan perlakuan uamh tidak sama. Anda haruis

menghindari setiap upaya generalisasi terhadap mereka dengan alasan efektifitas.

Alasan ini sangat mengganggu kenyaman anak dalam menggunakan cara atau

metode yang mereka anggap lebih disukai.

Penjelasan tentang teori kecerdasan ganda merupakan panduan yang sangat

bermanfaat Bagi setiap guru atau orang tua untuk melihat kekuatan pembelajar

sekaligus untuk memperbaiki situs-situs tertentu yang perlu diperbaiki. Hasil

analisis akan membantu menentukan gaya belajar yang sesuai untuk berbagai

kepentingan.

Pembelajaran merupakan suatu proses hubungan atau interaksi antara

individu dengan lingkungan agar terjadi proses perubahan perilaku. Tujuan

dari perubahan perilaku mencakup penguatan potensi kecerdasan secara

menyeluruh. Belajar tidak saja mengangkat hal-hal yang bersifat kognitif saja

dan mencakup kemampuan satu aspek kecerdasan, tetapi menghidupkan

secara utuh dan alamiah seluruh kecerdasan melalui pendekatan dan teori

belajar yang sesuai. Mendidik dan melatih merupakan serangkaian tindakan

yang dilakukan orang tua atau fasilitator dalam merangsang seluruh

kecerdasan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih lemah. Oleh karena itu,

kemampuan mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan

mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan pembelajar serta memahami

bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian belajar yang menarik.

Setiap pembelajar memiliki sembilan kecerdasan dan dapat

dikembangkan sampai tingkat kompetensi yang paling optimal dapat dicapai

anak. Di sisi lain, masing-masing anak memiliki kecenderungan (inklinasi)

terhadap kecerdasan tertentu atau kelebihan yang ditunjukkan melalui

perilaku spesifik. Dalam pembelajaran harus dihindari pembatasan

kemampuan hanya dalam satu katagori atau wilayah kecerdasan tertentu saja.

Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan sebagai orang yang sedang

melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang memungkinkan

mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.

Menilai Kecerdasan Ganda

Menilai potensi dan cara anak mencapai tujuan tertentu merupakan langkah

awal dalam mengenal kecerdasan ganda. Tidak sada satu tes pun yang dapat

menghasilkan keputusan yang komprehensif mengenai kecerdasan dan potensi

pembelajar. Tidak selamanya tes formal mampu memberikan informasi yang

cukup mengenai kecerdasan seseorang, namun perlu dilengkapi dengan

berbagai alat uji lain seperti catatan sederhana, laporan pertumbuhan fisik,

dan observasi.

Indikator pengamatan yang baik dapat menunjukkan kecenderungan

terhadap aspek kecerdasan seseorang, terutama cara menggunakan waktu

luang, minat terhadap suatu objek, kebiasaan dan tindakan yang menonjol.

Secara sederhana observasi membantu dalam menggali kecenderungan

kemampuan seseorang dan menentukan wilayah lain yang perlu dioptimalkan.

Menyatukan seluruh kecerdasan yang dimiliki menjadi prinsip yang dipegang

oleh pendidik dan orang tua.

Orang tua hendaknya mempersiapkan catatan khusus untuk mengamati

perilaku pembelajar baik di dalam rumah atau pada saat mengikuti jadual

kegiatan di luar rumah berlangsung. Jika Anda mengamati kegiatan keseharian

anak-anak Anda tentu akan sangat merepotkan sekali. Tetapi paling tidak

lakukan pengamatan terhadap 2 atau 3 aktivitas yang relevan untuk berbagai

aspek penilaian.

Aktivitas belajar untuk Kecerdasan Ganda

Sekolah konvensional bisanya kurang mempertimbangkan aspek kecerdasan

ini, meskipun kurikulum saat ini menganjurkan pendekatan ini dalam setiap

rencana pembelajarannya. Namum hal yang terjadi lebih mengarah pada upaya

menanamkan sejumlah bahan kepada anak. Sulit sekali ditemukan beberapa

teknik kreatif yang mampu mendorong sejumlah Kecerdasan Dasar yang justru

dapat membantu mengekalkan pengetahuan, sikap dan keterampilan lebih

optimal. Sementara sekola-di-rumah secara filosofis berupaya untuk

membangun situasi belajar yang alamiah dan tidak terjebak dengan sejumlah

materi dan jadual yang sistematis pada setiap harinya tetapi bagaimana

memfasilitasi kegiatan anak dengan berbagai aktivitas keseharian sesuai

dengan karakteristik pembelajar dan jenis kemampuan yang akan

ditingkatkan.

Beberapa saran praktis bagi orang tua atau pendidik yang akan

mengembangkan belajar di rumah dengan menggunakan kecerdasan ganda.

Career Day

Biasanya secara teratur orang tua dapat mengundang fasilitator, pembimbing,

nara sumber atau tenaga ahli dari berbagai bidang yang dibutuhkan anak

untuk berbicara tentang minat dan pekerjaan masing-masing. Mintalah kepada

mereka untuk membantu guru sempoa membimbing “cerdas berhitung”,

melatih “cerdas berkomunikasi”, akuntan membimbing bagaimana “cerdas

angka”, pedagang atau pengusaha “cerdas diri”, petani “cerdas alam” dan

arsitek “cerdas gambar” dan perencana “cerdas logis”. Setiap bidang pekerjaan

menggunakan lebih dari satu kecerdasan. Mungkin dapat dikemas dan

dikombinasikan secara kreatif dengan beberapa kecerdasan lain seperti spasial,

spritual, dan naturalis. Pembelajaran yang disajikan memberikan bimbingan

kepada anak bahwa setiap kecerdasan memainkan peran yang sangat vital

dalam mencapai kesuksesan dalam bekerja. Kecerdasan bukan merupakan hal

yang statis tetapi sesuatu yang dinamis, berkembang dengan memberikan

aktivitas yang menarik dan menantang.

Kunjungan Lapang

Lakukan kunjungan ke suatu tempat terdekat untuk

mengembangkan berbagai kemampuan berkaitan

dengan keterampilan yang akan dilatihkan. Misalnya

majelis dakwah, pesantren, perpustakaan, museum,

laboraturium, sanggar seni, usaha kerajinan, terminal,

kantor telekomunikasi, kantor penyuluhan, dan

kelautan. Kegiatan ini dapat dikemas melalui pengembangan tematik atau unit belajar seperti, perbankan syariah, pasar

tradisional, transportasi udara, pendendalian virus dan penyakit menular di

mana pembelajar diajak untuk mengenal cara transaksi berdasarkan syariah,

distribusi barang dan kebutuhan pokok, menghitung hasil panen dengan

mental aritmetika, penyuluhan penyakit menular, keamanan penerbangan

udara dengan mengunjungi bandara, melalui kunjungan ke dinas kesehatan

dan rumah sakit terdekat, penelitian di laboraturium, kunjungan ke

perusahaan dan industru kerajinan dan praktek langsung. Dengan tema,

memungkinkan belajar banyak tentang berbagai dimensi kecerdasan sekaligus

mengekalkan dalam jangka waktu yang cukup lama melalui kehidupan dan

pengalaman nyata.

Aktivitas Harian

Gunakan sembilan kecerdasan dengan menyisipkan dalam agenda harian

anak-anak Anda. Hindari pemaksaan dalam menyusun jadual kegiatan yang

akan mereka lakukan. Disarankan agar Anda membicarakan secara intensif

dengan anak tentang waktu, tempat dan forum belajar lain yang sedikit banyak

merubah agenda atau daftar kegiatan yang sudah mereka tentukan.

Komunikasikan secara bagaimana membuat agenda kegiatan tentang suatu

topik atau bidang keterampilan khusus yang dibutuhkan dengan memasukkan

dalam setiap aktivitas hariannya. Jelaskan kepada pembelajar bahwa materi

atau pokok bahasan tersebut akan dikemas melalui sembilan kecerdasan.

Jelaskan pula bagaimana menggunakan masing-masing kecerdasan itu dalam

situasi yang mereka sanggupi. Cara ini membantu mereka untuk

mengembangkan kemampuan memahami proses penting dengan kesadaran

metakognitif. Rencana kegiatan menjadi panduan bagi orang tua atau pendidik

untuk mengungkapkan potensi yang terpendam sekaligus membuka ide-ide

kreatif yang bermakna bagi proses pembelajaran sehari-hari.

Pengalaman Empiris

Salah satu cara yang paling praktis dalam mengembangkan kecerdasan dengan

meminta anak untuk menentukan sendiri satu atau beberapa cara belajar yang

mereka sendiri mampu melakukannya.Bekerja dengan kecerdasan ganda lebih

banyak memberikan kesempatan anak menggali pengalaman empiris dan

membuka cakrawala baru dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Inti dari kecerdasan itu sendiri terletak dalam diri anak yang terintegrasi dalam

realitas kehidupan sehari-hari. Fokus belajar mendorong anak untuk

bereksplorasi dan menentukan pilihan yang bermanfaat untuk masa depannya.

Pengalaman empiris diformulasikan melalui penuangan ide, gagasan dan

kreativitas anak untuk mengoptimalkan penggunaan satu atau lebih

kecerdasan. Misalnya kunjungan ke museum, menceritakan film box office,

mengajarkan do’a kepada adik-adik atau teman bermain, mempraktekkan cara

berwudhu setiap sholat lima waktu, mengerjakan perhitungan prioritas dengan

sempoa, mengumpulkan informasi melalui wawancara semi terstruktur,

refleksi diri dan menceritakan kesuksesan dalam hidup. Kegiatan disesuaikan dengan tingkat kemampuan individu dengan memilih kegiatan terbuka yang

dapat dilakukan oleh semua orang. Kemudian lakukan modifikasi bagi anak-

anak yang yang sulit melakukannya. Tanyakan kepada mereka kegiatan apa

yang paling disukai dan hubungkan satu kegiatan dengan kecerdasan lainnya.

Gambar dan poster

Optimalkan seluruh ruang yang ada baik tempat bermain, kamar tidur anak

atau tempat mereka belajar yang ada dengan menempelkan berbagai atribut,

poster, foto dan gambar. Orang tua dapat memanfaatkan hasil karya anak

sebagai sumber belajar dalam mengembangkan kecerdasan anak sekaligus

memberikan penghargaan terhadap hasil karya, memotivasi dan

mengapresiasikan ide—gagasan dalam bentuk dan ilustrasi yang menarik. Atau

Anda dapat mengambil hasil lomba atau kejuaraan menggambar yang diraih

anak sebagai bahan apresiasi untuk rekan lainnya. Disamping itu hasil karya

atau karya anak yang berhasil dalam mengembangkan aspek kecerdasan

tertentu. Tidak hanya tokoh-tokoh atau aktivis gerakan masyarakat akan lebih

bermanfaat untuk menempelkan delapan gambar karya peserta yang

memperlihatkan masing-masing kecerdasan atau membuat spanduk misalnya

“belajarlah dari lingkungan Anda”.

Terlibat dalamPameran

Pamerkan hasil karya anak-anak Anda dalam setiap kegiatan yang diadakan

dalam setiap event penting di masrakat seperti perayaan hari kemerdekaan,

expo teknologi terapan, dan pameran yang diselenggarakan oleh sekolah dan

universitas. Keikutsertaan dapat dalam bentuk hasil karya, tulisan, sains,

mekanika, robot, komputer, pertanian dan perkebunan. Atau sebagai panitia

yang akan memberikan pengalaman yang berharga dalam hal kerjsama, tim,

kepemimpinan dan oragnisasi. Pameran dapat memberikan kesempatan

kepada pembelajar untuk mengaktulisasikan ide, gagasan dan temuannya

tentang pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan selama

bersekolah-di-rumah dengan menggunakan salah satu kecerdasan. Misalnya

Nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat disajikan dalam bentuk essai, puisi atau

cerita, cara tumpang sari tanaman disajikan dalam bentuk poster, reaksi

kimia, proyek kerja air bersih atau simulasi ekosistem. Hasil karya yang

dihasilkan peserta di pajangkan di rak pameran atau di dinding ruang belajar.

Jangan lupa berikan label atau keterangan tentang jenis kecerdasan yang

dikembangkan pada hasil karya yang dipamerkan. Berikan kesempatan kepada

orang lain untuk melakukan hal yang sama agar saling belajar tentang prestasi

dan keberhasilan.

Permainan

Permainan biasa digunakan untuk merefleksikan secara sederhana tentang

tema dan keterampilan tertentu. Buatlah permainan sederhana untuk melatih delapan kecerdasan. Permainan ini dapat dikaitkan langsung dengan topik

penting yang dibahas. Buatlah lingkaran yang dibagi dalam sembilan

kecerdasan dengan warna yang berbeda dan gambarkan simbol untuk masing-

masing kecerdasan. Buatlah kartu berwarna ukuran 12 X 8 cm yang sesuai

dengan warna dan menuliskan keterampilan atau kegiatan yang akan

dipelajari. Mintalah kepada masing-masing pembelajar untuk menuliskan

dalam kartu yang telah berkelompok dan masing-masing diberi satu kartu.

Selanjutnya mintalah kepada mereka untuk menjelaskan apa yang tertulis

dalam kartu sesuai dengan warna setiap kecerdasan.





MEMBEDAH HOME SCHOOLING

17 06 2008

Homeschooling (HS) adalah model alternatif belajar selain di sekolah. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling. Selain homeschooling, ada istilah “home education”, atau “home-based learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.

Dalam bahasa Indonesia, ada yang menggunakan istilah “sekolah rumah”. Aku sendiri secara pribadi lebih suka mengartikan homeschooling dengan istilah “sekolah mandiri”. Tapi nama bukanlah sebuah isu. Disebut apapun, yang penting adalah esensinya.

Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak; sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.

Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.

Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya.

APA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

HOMESCHOOLING DENGAN SEKOLAH REGULER?

Persamaan:

  • Sekolah dan homeschooling merupakan model pendidikan anak.
  • Sekolah dan homeschooling bertujuan untuk mencari kebaikan bagi anak-anak.
  • Sama-sama dapat mengantarkan anak-anak pada tujuan pendidikan.

Perbedaan:

· Sistem di sekolah terstandardisasi, sistem di homeschooling customized sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga

· Pengelolaan di sekolah terpusat (kurikulumnya diatur), pengelolaan homeschooling tergantung orang tua (orang tua memilih sendiri kurikulum dan materi ajar untuk anak)

· Jadwal belajar di sekolah telah tertentu, jadwal belajar homeschooling fleksibel tergantung kesepakatan orang tua-anak.

  • Tanggung jawab pendidikan sekolah didelegasikan orang tua kepada guru dan sekolah, pada homeschooling tanggung jawab sepenuhnya ada di orang tua.
  • Di sekolah, peran orang tua relatif minimal karena pendidikan dijalankan oleh sistem dan guru; pada homeschooling peran orang tua sangat vital dan menentukan keberhasilan pendidikan anak.
  • Pada model belajar di sekolah, sistem sudah mapan dan orang tua tinggal memilih/mengikuti; homeschooling membutuhkan komitmen dan kreativitas orang tua untuk mendesain dan melaksanakan homeschooling sesuai kebutuhan anak.

FILOSOFI PENDIDIKAN

I’m not talking a big thing. Tema ini hanya sekedar memberikan ulasan bahwa cara kita memandang anak dan pendidikan anak akan sangat mempengaruhi cara kita menyelenggarakan homeschooling.

Secara sederhana, filosofi pendidikan adalah kumpulan keyakinan kita -orang tua- tentang bagaimana anak-anak belajar. Keyakinan ini mungkin berasal dari pengalaman pribadi kita, pengamatan, atau merupakan hasil bacaan dan riset pribadi kita.

Filosofi itu biasanya berisi: apa yang kita anggap penting untuk dimiliki anak-anak kita, baik yang bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap hidup), maupun psikomotorik (keterampilan). Kita juga perlu terbiasa mengenali apa yang menurut kita paling penting, penting dan kurang penting bagi anak-anak kita agar berhasil dalam kehidupannya, baik mengenai nilai (value), sikap (attitude), maupun keterampilan (skill). Definisi keberhasilan anak pun sangat ditentukan oleh cara kita memandang keberhasilan.

Filosofi ini perlu kita bawa ke alam sadar kita sebagai orang tua karena semua itu mempengaruhi pilihan-pilihan kita dalam memilih model homeschooling buat anak-anak kita.

Tapi, filosofi bukanlah sebuah hal yang statis. Pada umumnya, filosofi pendidikan yang kita percayai akan tumbuh dan berkembang sesuai pertumbuhan anak-anak kita. Seiring dengan proses homeschooling dan pendidikan anak-anak yang berjalan, kita akan selalu mereview nilai-nilai dan filosofi pendidikan yang kita yakini. Ada kalanya, filosofi pendidikan kita dipertajam oleh pengalaman di lapangan. Tetapi, tidak jarang kita harus merevisi filosofi pendidikan yang kita anut karena tak sesuai dengan keadaan di lapangan yang dihadapi oleh anak-anak kita.

Proses pendidikan anak adalah sebuah pengalaman yang menarik bagi seluruh anggota keluarga. Di dalam proses homeschooling, kita dapat terus belajar, membuka diri, dan maju bersama perkembangan anak-anak.

Dengan segala dinamika yang terjadi pada anak-anak dan proses yang dialami bersama selama homeschooling, mungkin sikap bijaksana kita sebagai orang tua adalah mencari keseimbangan antara keteguhan keyakinan (determination) dan keterbukaan (open mindedness) di dalam menjalankan homeschooling bagi anak-anak kita.

HOMESCHOOLING APPROACH

Pada dasarnya homeschooling bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai nilai dan latar belakang berbeda, setiap keluarga akan melahirkan pilihan-pilihan model homeschooling yang unique.

Pendekatan homeschooling memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur seperti belajar di sekolah (school at-home).

a. School at-home
b. Unit studies
c. Charlotte Mason atau The Living Book Approach
d. Classical, Waldorf, Montessori, dan Eclectic.
e. Unschooling atau Natural Learning

School at-home approach adalah model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja, tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach, traditional approach, atau school approach.

Unit studies approach adalah model pendidikan yang berbasis pada tema (unit study). Pendakatan ini banyak dipakai oleh orang tua homeschooling. Dalam pendekatan ini, siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu (matematika, bahasa, dsb), tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Metode ini berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi (integrated), bukan terpecah-pecah (segmented).

The Living Books approach adalah model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason. Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik (good habit), keterampilan dasar (membaca, menulis, matematika), serta mengekspose anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran, dan sebagainya.

The Classical approach adalah model pendidikan yang dikembangkan sejak abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivium. Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatannya berbasis teks/literatur (bukan gambar/image).

The Waldorf approach adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolph Steiner, banyak ditetapkan di sekolah-sekolah alternatif Waldorf di Amerika. Karena Steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasi untuk homeschool.

The Montessori approach adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

The Eclectic approach memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendesain sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada.

Unschooling approach berangkat dari keyakinan bahwa anak-anak memiliki keinginan natural untuk belajar dan jika keinginan itu difasilitasi dan dikenalkan dengan pengalaman di dunia nyata, maka mereka akan belajar lebih banyak daripada melalui metode lainnya. Unschooling tidak berangkat dari textbook, tetapi dari minat anak yang difasilitasi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HOME SCHOOLING

Kelebihan homeschooling:

  • Customized, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
  • Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan dalam model sekolah umum.
  • Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan di sekolah.
  • Lebih siap untuk terjun di dunia nyata (real world) karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.
  • Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, drug, konsumerisme, pornografi, mencontek, dsb).
  • Kemampuan bergaul dengan orang tua dan yang berbeda umur (vertical socialization).
  • Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua

Kekurangan homeschooling:

  • Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua
  • Sosialisasi seumur (peer-group socialization) relatif rendah. Anak relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara sosial.
  • Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi, dan kepemimpinan.
  • Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.

LEARN HOW TO LEARN

Salah satu tantangan besar bagi kita pada era informasi ini adalah bagaimana mencerna informasi dan mengadaptasi perubahan yang berlangsung sangat cepat. Menurut dalil Moore, di era informasi ini ketersediaan informasi berlipat dua kali dalam 18 bulan. Dengan kecepatan yang sangat menakjubkan ini, sebuah informasi atau pengetahuan menjadi sangat cepat usang karena digantikan oleh hal yang baru.

Dalam konteks pendidikan anak, keadaan ini memberikan tantangan tersendiri bagi kita sebagai orang tua. Pengetahuan yang dikuasai anak-anak kita dapat menjadi usang begitu mereka selesai belajar bertahun-tahun di sekolah.

Idealnya, pendidikan melalui sekolah memberikan bekal bagi anak-anak kita agar mampu beradaptasi dengan lingkungan yang nanti akan dihadapinya. Tetapi dengan model pembelajaran di sekolah yang ada saat ini (menghafal atau memasukkan informasi), aku khawatir bahwa semua itu tak memadai lagi. Informasi yang dipelajari di sekolah itu dapat segera usang dan kehilangan relevansinya dengan dunia nyata.

Mungkin, sudah saatnya sekolah (dan orang tua) mengajarkan kepada anak-anak untuk belajar mencari informasi yang dibutuhkannya (learn how to learn). Para guru dan orang tua perlu menyadari bahwa mereka bukan satu-satunya sumber pengetahuan dan informasi buat anak-anak.

Secara sadar, model pembelajaran yang harus dibangun adalah membangkitkan keingintahuan (curiosity). Keterampilan bertanya dan mencari tahu adalah sebuah modal berharga yang perlu ditumbuhkan terus menerus selama perkembangan anak-anak. Alih-alih berpretensi sebagai orang tua (atau guru) super yang mampu menjawab semua pertanyaan, kita mengenalkan sumber-sumber informasi yang dapat membantu mereka menemukan jawaban atas pertanyaannya.

Model pengajaran menghafal dan memberikan isi tanpa melibatkan keingintahuan anak sudah semakin usang dan tidak memadai. Model semacam ini justru dapat mematikan keingintahuan anak, sebuah modal yang sangat berharga untuk masa depan dan kelangsungan hidupnya.

Untuk saat ini, mungkin sulit bagi orang tua untuk mengharapkan pendidikan keingintahuan (learn how to learn) pada sistem sekolah yang ada. Oleh karenanya, adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk terlibat sendiri dalam proses pembelajaran anak-anak kita.

Sebagai keluarga Indonesia yang menerapkan homeschooling, aku melihat bahwa homeschooling memiliki peluang yang besar untuk mengajarkan kebiasaan mencari informasi secara mandiri (learn how to learn). Alih-alih hanya berfokus pada materi pengajaran, para orang tua homeschooling perlu memfokuskan arah pendidikan anak-anaknya pada ketrampilan mencari informasi.

Mengajarkan anak-anak untuk mencari informasi yang mereka butuhkan adalah penghalau kekhawatiran yang muncul mengenai kemampuan orang tua homeschooling untuk mengajar anak-anaknya. Ya, orang tua homeschooling bukanlah guru (pengajar) untuk seluruh materi pengajaran bagi anak-anaknya. Menurutku, orang tua homeschooling lebih merupakan mentor yang membantu anak menunjukkan peta jalan (road map) masa depannya.

Kalau orang tua homeschooling memerlukan guru (pengajar), mereka dapat memperolehnya dari sistem modern yang banyak tersedia di manapun juga: guru privat, kursus, pelatihan, tutorial, internet, dan sebagainya.

MANA YANG LEBIH BAIK ANTARA HOMESCHOOLING DAN SEKOLAH REGULER?

Semua sistem pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan. Satu sistem sesuai untuk kondisi tertentu dan sistem yang lain lebih sesuai untuk kondisi yang berbeda. Daripada mencari sistem yang super, lebih baik mencari sistem yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan kondisi kita.

Sistem pendidikan anak melalui sekolah memang umum dan sudah dipraktekkan selama bertahun-tahun lamanya. Saat ini, pendidikan melalui sekolah menjadi pilihan hampir seluruh masyarakat.

Tetapi sekolah bukanlah satu-satunya cara bagi anak untuk memperoleh pendidikannya. Sekolah hanyalah salah satu cara bagi anak untuk belajar dan memperoleh pendidikannya. Sebagai sebuah institusi/sistem belajar, sekolah tidaklah sempurna. Itulah sebabnya, selalu ada peluang pembaruan untuk memperbaiki sistem pendidikan; baik di level filosofi, insitusi, approach, dan sebagainya.

Sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk mengantarkan anak-anak pada masa depannya, orang tua memiliki tanggung jawab sekaligus pilihan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Homeschooling menjadi alternatif pendidikan yang rasional bagi orang tua; memiliki kelebihan dan kekurangan inheren di dalam sistemnya.

Tugas kita sebagai orang tua adalah memastikan bahwa kita telah memberikan yang maksimal untuk anak-anak kita, dengan segala batasan (constraint) yang kita miliki.